KHM 184 - Der Nagel (Paku)

 

Paku

Seorang saudagar telah mendapat hasil dagang yang baik di pasar tahunan; ia telah menjual barang-barangnya, dan mengisi kantong uangnya dengan emas dan perak. Kemudian ia ingin segera pulang, dan berada di rumahnya sendiri sebelum malam tiba. Maka ia mengemas peti berisi uang itu ke punggung kudanya, lalu berangkat.

Tengah hari, ia singgah untuk beristirahat di sebuah kota, dan ketika hendak melanjutkan perjalanan, anak kandang membawa keluar kudanya dan berkata, “Tuan, sebuah paku hilang dari tapal kaki kiri belakangnya.”

“Biarkan saja,” jawab si saudagar; “tapalnya pasti akan tetap menempel untuk sembilan kilometer perjalanan yang masih tersisa. Aku sedang tergesa.”

Pada sore harinya, ketika ia kembali turun dari kuda dan memberi makan hewan itu, anak kandang masuk ke dalam kamar tempatnya beristirahat dan berkata, “Tuan, tapal dari kaki kiri belakang kuda Tuan telah hilang. Haruskah saya bawa ia kepada pandai besi?”

“Biarkan tetap begitu,” jawab si saudagar; “kuda itu masih sanggup menempuh beberapa kilometer yang tersisa. Aku sedang terburu-buru.”

Ia pun kembali menunggang pergi.

Ia terus menunggang, tetapi tak lama kemudian kudanya mulai pincang. Belum lama ia pincang, ia pun mulai tersandung; dan belum lama ia tersandung, ia jatuh dan patahlah kakinya. Si saudagar terpaksa meninggalkan kuda itu di tempat ia rebah, melepaskan petinya, memanggulnya di punggung, dan pulang berjalan kaki. Dan di rumahnya ia baru tiba ketika malam telah larut.

“Dan paku sial itu,” katanya pada dirinya sendiri, “telah menyebabkan seluruh malapetaka ini.”

Bergegaslah dengan perlahan.

Komentar