KHM 115 - Die klare Sonne bringt's an den Tag (Matahari Terang yang Menyingkap Segalanya)

 

Matahari Terang yang Menyingkap Segalanya

Seorang murid dari penjahit tengah mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari pekerjaan. Namun pada suatu waktu, ia tak menemukan pekerjaan di mana pun, dan kemiskinannya begitu parah hingga ia tak memiliki sepeser pun untuk bertahan hidup.

Tak lama kemudian, ia bertemu dengan seorang Yahudi di jalan. Ia menyangka orang itu pasti membawa banyak uang, maka ia pun menyingkirkan Tuhan dari hatinya, menyerang sang Yahudi, dan berkata, “Berikan uangmu, atau akan kupukul engkau sampai mati.”

Sang Yahudi berkata, “Ampuni nyawaku. Aku tak punya uang selain delapan keping uang receh.”

Namun si penjahit menjawab, “Engkau pasti punya uang, dan itu harus kau keluarkan,” lalu ia menggunakan kekerasan dan memukulinya hingga hampir mati.

Ketika sang Yahudi berada di ambang ajal, kata-kata terakhir yang terucap darinya adalah,
“Matahari terang akan menyingkapkan semuanya,” dan seketika itu ia pun meninggal.

Si penjahit memeriksa kantong-kantongnya untuk mencari uang, tetapi ia tidak menemukan apa-apa selain delapan keping uang receh, persis seperti yang dikatakan sang Yahudi. Ia lalu mengangkat mayatnya, membawanya ke balik rimbunan pepohonan, dan meneruskan perjalanan mencari pekerjaan.

Setelah mengembara cukup lama, ia akhirnya mendapat pekerjaan di sebuah kota pada seorang majikan yang memiliki seorang putri cantik. Ia jatuh cinta padanya, lalu menikahinya, dan hidup dalam ikatan rumah tangga yang baik dan bahagia.

Setelah waktu berlalu cukup lama, dan ia serta istrinya telah memiliki dua orang anak, ayah dan ibu sang istri meninggal, sehingga pasangan muda itu mengurus rumah tangga mereka sendiri.

Suatu pagi, ketika sang suami duduk di atas meja dekat jendela, istrinya membawakan secangkir kopi. Saat ia menuangkan kopi itu ke piring kecil, dan hendak meminumnya, matahari memancarkan sinarnya ke permukaan kopi, pantulannya berkilauan ke sana kemari di dinding, membentuk lingkaran-lingkaran di atasnya.

Maka si penjahit menatapnya dan berkata, “Ya, ia ingin sekali menyingkapkan semuanya, namun tak mampu.”

Istrinya berkata, “Oh, suamiku tercinta, apa maksudmu?”

“Apa maksudmu bertanya begitu?” jawabnya. “Aku tidak boleh menceritakannya padamu.”

Namun sang istri memohon, “Jika engkau mencintaiku, kau harus memberitahuku,” katanya dengan kata-kata paling lembut. Ia berjanji tak seorang pun akan mengetahuinya, dan tak memberinya ketenangan sebelum ia berbicara.

Akhirnya, ia menceritakan bagaimana bertahun-tahun silam, ketika ia sedang berkelana mencari pekerjaan dalam keadaan letih dan tanpa uang, ia telah membunuh seorang Yahudi. Dan bahwa, di saat-saat terakhir sebelum mati, sang Yahudi berkata, “Matahari terang akan menyingkapkan semuanya.”

Dan kini, matahari itu seolah hendak mengungkapkan segalanya, memantulkan cahaya dan membentuk lingkaran di dinding, namun belum berhasil melakukannya.

Sesudah itu, ia kembali mengingatkan istrinya dengan sungguh-sungguh agar tidak pernah menceritakan hal ini, atau nyawanya akan melayang. Dan sang istri pun berjanji.

Namun, ketika ia kembali duduk untuk bekerja, istrinya pergi menemui sahabat karibnya dan membisikkan kisah itu padanya, dengan syarat bahwa sahabatnya itu tidak boleh menceritakannya kepada siapa pun.

Tetapi, belum genap dua hari, seluruh kota telah mengetahuinya. Maka si penjahit pun ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman.

Dan demikianlah, pada akhirnya, matahari yang terang benar-benar menyingkapkan segalanya.

Komentar