KHM 154 - Der gestohlene Heller (Keping Uang yang Dicuri)

 


Suatu hari, seorang ayah sedang duduk makan siang bersama istri dan anak-anaknya, dan seorang sahabat baik yang datang berkunjung turut serta di meja itu. Ketika mereka duduk demikian, dan jam berdentang pukul dua belas, sang tamu melihat pintu terbuka, dan seorang anak yang sangat pucat, berpakaian serba putih laksana salju, masuk ke dalam.

Anak itu tidak menoleh ke kanan atau ke kiri, tidak mengucapkan sepatah kata pun, melainkan berjalan lurus ke kamar sebelah. Tak lama kemudian ia kembali, lalu keluar lagi melalui pintu dengan cara yang sama, senyap dan tenang.

Pada hari kedua dan hari ketiga, hal itu pun terjadi persis dengan cara yang sama.

Akhirnya, sang tamu bertanya kepada sang ayah, “Anak yang elok, yang setiap siang masuk ke kamar sebelah itu, milik siapakah?”

“Aku tak pernah melihatnya,” jawab sang ayah, dan ia pun tak tahu kepada siapa anak itu bisa jadi milik.

Keesokan harinya, ketika anak itu datang lagi, sang tamu menunjukkannya kepada sang ayah, namun ia tetap tidak melihatnya, demikian pula ibu dan semua anak yang lain—tak satu pun yang melihat sesuatu.

Melihat hal itu, sang tamu bangkit, melangkah ke pintu kamar, membukanya sedikit, dan mengintip ke dalam. Maka dilihatnya adalah anak itu sedang duduk di lantai, mengais-ngais dan menggeledah dengan tekun di celah-celah papan lantai. Namun begitu anak itu melihat sang tamu, ia lenyap seketika.

Ia pun kembali dan menceritakan apa yang dilihatnya, menggambarkan rupa anak itu dengan jelas. Sang ibu mengenalinya, dan berkata lirih, “Ah, itu anakku yang tercinta, yang telah meninggal sebulan lalu.”

Mereka segera menyingkirkan papan lantai dan menemukan dua keping uang logam yang dahulu pernah diterima anak itu dari ibunya, agar diberikannya kepada seorang miskin. Namun, ia sempat berpikir, “Dengan ini aku bisa membeli sepotong biskuit,” dan ia pun menyimpannya, menyelipkannya ke celah-celah papan lantai. Karena itulah ia tidak dapat beristirahat di dalam kuburnya, dan setiap siang datang kembali untuk mencari dua keping uang itu.

Orangtuanya segera memberikan uang itu kepada seorang miskin, dan setelah itu, anak itu tidak pernah muncul lagi.

Komentar